yak..gue memang penggemar film-film adaptasi dari buku-buku Jane Austen. Mulai dari Sense and Sensibility, Pride and Prejudice, sampe versi Indianya Pride and Prejudice, yang diplesetkan menjadi Bride and Prejudice.
Semua buku (film), nyaris punya inti cerita yang sama. The girl comes from a poor family, with a free heart. Dengan tekanan dari seluruh keluarga (lebih tepatnya mami yang cerewet) untuk menikahi/menggaet pria yang tepat. Yang dimaksud dengan tepat adalah cowok yang kekayaannya segambreng, and owns half of the village. Si tokoh2 utama cewek, yang romantis tapi rasional ini, pastinya mengejar pria-pria yang sreg di hati. That’s where the hectic begins. Penolakan dari keluarga si anu. Tekanan dari keluarga si ini. Si itu yang tidak memenuhi standar. Si ganteng yang ternyata penipu. Si abang yang cinta setengah mati. Seems like everybody’s wishes has to be granted. Dan tidak semua orang gets what they want. Penipuan, pengorbanan, dan patah hati adalah ramuan utamanya.
Terlepas dari itu semua, gue pun menonton Becoming Jane, yang merupakan film biografi kisah cinta si mbak Jane Austen ini. Yang rumornya dari kisah cintanya yang membara tapi tragis ini lah, semua novel2nya terinspirasi. Sepertinya ibu Jane ini (yang diperankan oleh Anne Hathaway) adalah kembang desa pada jamannya. Terbukti dari semua pria yang madly in love sama dia, dari yang cupu, yang kaya, sampe yang ganteng. Seperti de-tour, setiap pilihan ada pro kontranya. Pada akhirnya Jane Austen disodorkan dengan dua pilihan utama. Mas-mas kaya yang didukung penuh sama keluarganya tapi mbak Jane gak cinta sama dia. Lalu ada mas-mas ganteng (yang diperankan oleh James McAvoy) calon jaksa dari keluarga miskin, yang menggantungkan isi dompetnya dari harapan-akan-warisan-si-Paman yang juga jaksa. Jadi pria mana yang akhirnya dipilih Jane. FYI: Jane Austen tidak pernah menikah selama hidupnya yang singkat itu. *devilish smile*
Nonton Becoming Jane emang kaya nonton semua film adaptasi buku Jane Austen jadi satu. Tokoh ini mirip dengan tokoh itu. Adegan ini mirip kaya adegan itu. Walaupun endingnya berbeda jauh dengan ceritanya yang happy-ever-after. In the end, seperti film2 yang lainnya, gue juga jatuh cinta sama film ini (hahaha..XD). Walaupun bagi beberapa kritikus, film ini not good enough (terutama karena aksen Anne yang kurang convincing sebagai orang Inggris), bagi gue the chemistry antara mbak Anne dan mas James is good enough.
Speaking of which, saatnya mengintroduksi the new heartthrob. Siapa lagi kalo bukan jreng…jreng…James McAvoy. Sebelum main di Becoming Jane, lo pasti akan mengenali dia sebagai Mr Tumnus the Faun di Chronicles of Narnia. Selain itu dia juga muncul sekelibet di Band of Brothers (baru muncul sebentar langsung mati di perang pertama). Makanya waktu nonton ni film, gue merasa familiar dengan mukanya. Sebetulnyan masih banyak lagi film lain baik serial TV atau movies yang dibintangi dia. Tapi karena sebagian besar rilis di negeri asalnya Inggris, jadi banyak yang meneketehe deh. Bukan cuma eye candy, menurut standar gue (yang gak tau subjektif atau objektif) aktingnya oke banget. Kalo diliat pas doi maen di Narnia, lo pasti percaya dengan karakter Faun yang paranoid, neurotic, lugu, dan inferior. Tapi diliat dari film ini, karakternya berubah jadi *as the film call it* lawyer-with-reputation, yang artinya ntu karakter gak paranoid, gak neurotic, gak lugu, dan gak pula inferior. Walaupun pada akhirnya dikalahkan oleh kekuasan uang. (Yup, money is THAT powerfull).
Tidak merekomendasikan apa-apa buat lo semua. Tapi bagi penggemar Anne Hathaway, James McAvoy, Jane Austen, atau drama era 1800-an, silahkan menonton film ini. It’s all in there the money, the power, the dispute, the romance, and the drama.
Originally posted on October 3, 2007
0 Comments:
Post a Comment