December 31, 2009

Counting Down on New Year's Eve

0 Comments
ten..

I just remember what happened last new year's eve, a year before, and two years before. I remembered having such a great time with some "bodoric" friends, playing very "cupuic" fire works, and having a rustic bbq. We did it three years in a row that it almost became a routine. We may not have some extravagant fire works, or eating luxurious foods in a gala dinner, but it does not matter, it was still tons of fun. A late night chat, while playing slap-the-cards, at some small and cheap bungalow or a friend's house.

nine..

I was never a fool, until the day I met you. You made life so easy, and for a while that's the way I see. I never believe in fairy tale. Any Sleeping Beauty, Cinderella, or Rapunzel. For me ,the story just fail to bring any miracle. Somehow you came along, and I thought maybe we belong. Apparently you've just proven me right, that there's no such story as snow white.

eight..

Remember those days, when your days are just suffocating. I always said, that when you're down, just run for nature. And that's what I did, I travel. I may not find more friends for life, but at least I met other people that pretty much clears away my blue. And most of all, when you are out there, somewhere at nowhere land. Where the sky scrapers do not block your sight to see the bright sky, the sunrise and the sunset. You can just look away, see the beauty, and you don't care that you're alone in the middle of the crowd. Because you're not lonely..

seven..

So it's been six months since my last birthday. Six more months till my next. And I'll be 25 then.

six..

Chasing for your dream, hopes, or lovers are fine. But you just have to remember that not all things are worth the extra miles you are willing to take. That special something or someone might be everything to you, but you may not be everything to it. So, when you are giving it all, and it does not turn out the way you want it to be, you just have to let it go.

five..

I'm afraid of the future. I'm afraid it may not turn out the way I want it to be

four..


If I could freeze time, I'll live for this moment. Although it may not be the best moment, but at least I know that right at this second I'm okay.

three..

Tuhanku Ku ingin bercerita, Ku tunduk bersujud, Ku mulai berdoa
Lelahnya jiwaku, Beratnya langkahku
Tuhanku, Ku rindu tawaku yang dulu. Kejujuran kebenaran yang dulu ku tahu. Ke mana semua, Sejauh itukah. Ku sesal sudah
Peluklah semua tanyaku. Jawablah dengan cara Mu
Tuhanku, Ku ingin berkelana. Kembali mencari jalan ke rumah. Bukan di sini tempat ku. Bukan mereka yang ku cinta.
Hari ini ku mengenali arti keberanian yang menerbangkanku di atas semua derita.
Dan apa kabarnya
Usai semua sandiwara. Cukup ku berpura pura. Sejujurnya, hanya dia yang ku cinta. Ke hatinya aku ingin pulang

two..

Kadang memang, kita ingin merengkuh dunia, walau hanya memiliki dua tangan kecil.. yang hanya sanggup menggapai langit-langit ruangan sesak.

one..

I am watching the big fireworks from the porch of my hotel room. Happy new year all!! May the year 2010 be filled with joy, happiness, and success..

December 26, 2009

Baca Doa Ini

0 Comments
sebelum tidur dan ketika baru bangun tidur. dijamin manjurr..
*a good laugh is always good to start and end your day..*

Ya Tuhan,
kalau dia memang jodohku,dekatkanlah .
Tapi kalau bukan jodohku, jodohkanlah.
Jika dia tidak berjodoh denganku, maka jadikanlah kami jodoh.
Kalau dia bukan jodohku,jangan sampai dia dapet jodoh yang lain, selain aku.

Ya Tuhan,
kalau dia tidak bisa di jodohkan denganku, jangan sampai dia dapet
jodoh yang lain,
biarkan dia tidak berjodoh sama seperti diriku.
Dan saat dia telah tidak memiliki jodoh, jodohkanlah kami kembali.

Ya Tuhan,
kalau dia jodoh orang lain, putuskanlah dan Jodohkanlah denganku.
Jika dia tetap menjadi jodoh orang lain, biar orang lain itu
ketemu jodoh dengan yang lain dan kemudian Jodohkan kembali dia dengan ku ...
Amin...

December 25, 2009

Teman

0 Comments
Note: Bacaan favorit saya di Koran Kompas Minggu selain komik strip Benny&Mice serta Timun mungkin adalah kolom parodi oleh Samuel Mulia. Kenapa? Karena apa yang dia tulis buat saya sangat menggelitik. Topik yang dibahas tidak berat, cukup tentang gaya hidup serta day-to-day activities, tapi dengan cara pembahasan yang semau gue dan jujur. Terus terang saja, setiap kali habis baca kolom Samuel Mulia, saya langsung mengangguk-ngangguk sambil membatin “iya juga ya.. bener banget nih..” *baik itu pembenaran karena saya dengan bodohnya juga melakukan hal yang dikritisi penulis maupun sekedar menyetujui pendapat penulis*. Sejujurnya niy, kalo bisa saya pengen buat kliping tulisan2nya Mas Samuel ini. Lumayan buat dibaca-baca lagi suatu hari nanti..

Excerpt from Teman. Samuel Mulia’s column Kompas, 20122009
Berhitung
Pernah saya bertanya kepada diri sendiri soal pertemanan. Kalau saya seorang teman, apakah saya punya kewajiban tak tertulis harus ini dan itu? Kalau saya berteman, apakah artinya harus memberi tahu seluruh kegiatan saya kepada mereka? Dan kalau saya tak memberi tahu dan kemudian mereka naik pitam, bukankah itu hak saya sebagai teman untuk tidak berbagi semua aktivitas saya?
Kalau membuat pesta apakah saya wajib mengundang teman-teman dekat bukan sahabat, supaya mereka tak tersinggung? Bagaimana kalau sesekali waktu saya ingin keluar dari pertemanan dua puluh empat jam itu tanpa menyinggung mereka? Apakah akhirnya yang dimaksud saya sebagai makhluk social adalah mengeliminir kehidupan pribadi?
Sekarang saya tahu mengapa saya bukan teman yang baik: saya tak mampu melakukan kewajiban serta menanggung risiko dan tuntutan pertemanan itu, dari manusia yang berharap banyak kepada saya. Sama seperti mengapa saya mau mencintai dan dicintai, tetapi tak suka risiko mencintai dan dicintai. Saya tak suka keribetannya dalam berhubungan. Belum memikirkan mood pasangan yang naik-turun.
Sama seperti mood teman-teman saya yang naik-turun. Contoh kecil saja. Ada teman yang baik, tetapi kalau bertemu di pesta tiba-tiba menjadi makhluk berbeda, menjaga jarak, seperti baru berkenalan lima hari lalu. Itu membingungkan, itu memainkan emosi, dan itu menyebalkan. Nah, itu yang tak bisa saya tanggung, tak sanggup tepatnya. Dan saya dihakimi karena ketidakmampuan saya, karena ketidakmauan berisiko.
Saya mulai mikir, ternyata jadi teman lebih berat ketimbang ujian UMPTN. Semua terkait emosi, perasaan, bukan logika. Kalaupun logika, sedikit sekali digunakan. Sampai pernah sekali waktu saya berpikir mending enggak punya teman. Banyak kewajiban tak bisa saya penuhi, yang bisa mengecewakan mereka. Karena seperti semua hal di dunia, bukan hanya karena senang melakukan, tetapi apakah mampu dilakukan. Senang dan mampu itu berbeda seperti laki dan perempuan.
Jadi, apakah berteman sama dengan berhitung? Sana kasih lima, sini wajib kasih lima? Bagaimana kalau saya hanya mampu memberi tiga, karena bukan saya tak mau, tetapi saya tak mampu? Nurani saya bilang begini, “Itulah kenapa kamu disebut egois. Bersyukurlah ada yang mau berteman dengan kamu. Mereka itu selalu mau menerima kalau lo bisanya cuma kasih tiga atau malah kurang dari itu..”

Waktu pertama baca kolom ini, saya rasanya ingin menjitak habis-habisan si penulis. Rasanya pengen teriak, ya ampun mas.. egois banget siy. Hehehe.. mungkin sekaligus pelampiasan emosi, karena well.. terus terang saya merasa saya dikelilingi oleh orang-orang macemnya Mas Samuel ini. Yang calling saya cuma kalo ada butuh doang lah, yang ngajak jalan karena butuh tebengan lah, yang nanyain kabar terus ujung2nya minjem duit lah, oh..ada satu lagi.. yang nyapa saya cuma buat ngorek2 informasi.. *maklum..saya memang orang yang cukup berpengetahuan..haha..*. intinya orang-orang yang begitu udah dapet maunya langsung lupa blassss.
Tapi setelah baca lebih lanjut, ternyata saya cukup identik dengan si penulis namun dari sisi yang berbeda. Kalau dia males punya teman karena takut banyak kewajiban gak bisa dia penuhi, kalau saya males punya teman karena mereka belum tentu bisa memenuhi tuntutan kewajiban dari saya. Hehehe.. iya.. pertemanan memang masalah emosi, masalah perasaan, dan saya akhirnya *setelah terjatuh dan terbangun* memilih untuk tidak memakai perasaan ketika berteman. Cukup tau aja, kalau kita cuma temen haha-hehe.. saya tidak berharap banyak sama kamu, oleh karena itu saya tidak perlu selalu ada untuk kamu. Mm..kalo kata orang bulenya mungkin Friends With Benefits, no benefits then we’re no friends.

Kilas Parodi: Kalau Mau Jadi Teman, Bukan Jadi Sahabat
By Samuel Mulia

  • Kalau seperti saya yang berteman saja sudah membuat kewalahan, jangan berani-berani berkomitmen menjadi sahabat. Teman dan sahabat bedanya seperti musim panas dan musim dingin…
  • Huh? Komitmen? Memang ada komitmen kalau jadi sahabat? Ini jawaban nurani saya, “Yaa,,, iyalah,,,” kalau Anda tak setuju, gak papa juga. Nurani anda dan saya beda. Nurani orang egois dan yang tidak, itu beda!
  • Saya yakinkan Anda tak akan penah jadi teman yang baik selamanya. Jadi, jangan coba-coba jadi teman sempurna. Sempurna itu tidak ada. Akan datang masanya kebaikan Anda akan dilupakan karena kesalahan yang Anda buat. Maka, percayalah pada peribahasa, karena nila setitik rusak susu sebelanga.Tetapi saya membaca kutipan dari penulis Amerika seperti ini: You can kiss you family and friends good bye and put miles between you, but at the same time you carry them with you in your heart, your mind, your stomach, because you do not just live in a world but a world lives in you (Frederick Buechner).
  • Siapkan diri sebelum mulut mengatakan mau berteman. Saya tersinggung ketika beberapa kali teman saya mengahak temannya berkenalan dengan saya. Jawabannya selalu sama “Aduh, gue gak siap, ntar dulu deh kenalan sama Samuel.”. Persiapannya lebih mental daripada mulut. Mental itu untuk menerima manusia bernama teman dengan segala perilakunya. Nah, untuk semua itu Anda benar-benar harus siap supaya jangan kesal dibuatnya.
  • Ingat, teman Anda adalah manusia! Manusia itu berubah. Kadang itu mengecewakan. Kalau itu terjadi, mulutnya dilem saja. Saya punya lem yang sekali dioleskan tak bisa dilepaskan. Hubungi saya kalau perlu satu tube.
  • Terima saja manusia itu apa adanya. Jangan ada harapan dalam berteman. Tak ada gunanya. Menerima itu gampang dikatakan, susah dilakoni. Itu pekerjaan rumah kalau Anda mau berteman. Bukankah dalam hidup ada harga dan risiko yang harus Anda bayar dan tanggung?
  • Buat jarak dengan teman. Itu penting, kalau tidak, keretakan pertemanan lebih mudah terjadi. Makanya jangan pernah mencintai manusia 100 persen. Mereka bisa mengecewakan. Seratus persen itu cuma buat Sang Khalik. Ditanggung tak pernah mengecewakan.
  • Pilih teman Anda. Itu perlu. Kalau bisa yang membuat Anda maju ke depan dan tidak mundur ke belakan. Maksud saya, maju ke depan itu bukan ke depan jurang juga.

Ini dia niy.. ternyata pada akhirnya kita memang mengambil kesimpulan yang sama. Choose your friend wisely. Oleh karena itu saya mengkategorikan orang-orang yang saya kenal dalam tiga kelompok, pertama teman haha-hehe, kedua teman, ketiga sahabat. Bedanya dimana? Kalo yang pertama biasanya cuma saya kontak kalo saya lagi butuh refreshing atau butuh2 yang lainnya. Kategori kedua hmm.. biasanya suka saya update kabarnya. Terus kalo lagi suntuk bolehlah saya denger curhatnya. Nah.. kalo yang kategori ketiga niy.. pintu rumah saya selalu terbuka buat dia. Mungkin buat dia, ibu saya udah kaya ibu dia, dan rumah saya sudah seperti rumah sendiri. Hahaha..
Saya tidak berharap kepada orang lain, tapi lebih tepatnya saya menuntut. Sekali kamu tidak memenuhi tuntutan saya, maka kamu turun kasta dalam daftar pertemanan saya. *aih..jangan-jangan orang macem saya ini ya yang dihindari Samuel Mulia*

December 20, 2009

On the Road

3 Comments
Di atas tanah tak bertuan
Di bawah bayang pohon rindang
Di tengah lautan kembang
Di pinggir jalan berlubang

Berlari mengejar setoran
Di belakang motorist, melaju kencang
Saat perut mulai meradang
Ingin rasanya berhenti di warung padang

Apa daya, cukup warung pinggiran
Uang kurang
Tak mungkin makan rendang
Perut kenyang, kembali melanglang

Keluar masuk toko langganan
Naik turun mobil abang
Tak lelah, menjaja barang
Menghitam karena matahari yang memanggang

Memang bukan cerita kahyangan
Yang tampak gemilang
Hanya sebuah tembang
Tentang impian menggapai bintang


p.s. Semoga besok.. gak nombok..

December 07, 2009

Look Up and You'll See

1 Comments
If there's a glimpse of light
In the darkness of night
I pray with all my might
All wishes granted tonight
~01122009



Even if the sun shines half-heartedly. I will still come and brush off your doubts. No more questions, why I always stand up to the same hope
Dashing up, I will not stop walking. Going after the hopes of a beautiful story with you. A million dreams will not go by.
Dashing up, I will not stop walking. For an endless story to reach out for you. Last forever.
The darkness of night, will not discourage the heart. To come even closer. Till the end of time, you're irreplaceable.~Cokelat, Tak Pernah Padam

p.s. akhir2 ini langit seperti mendukung Stephanie Meyer, bulan yang selalu purnama (new moon), warna langit ketika matahari terbit (breaking dawn), atau siang yang berawan dan sangat cerah. Saya cuma mikir, why everyday can't be like this. If you see my previous post, I just can't help it but to take a pict just because the reflection of the sky on the window is so mesmerizing. And when I look at the real sky, it's even a greater color. *sigh* every day is beautiful as it is..


December 02, 2009

Mereka Pikir Jalanan Ini Punya Siapa??

0 Comments
Saya memang tidak suka bola. Tapi saya gak masalah dengan orang-orang yang suka bola. Saya gak masalah kalau mereka ingin berbondong-bondong datang ke stadion untuk menonton tim kesayangan mereka. Saya juga gak masalah kalau mereka ingin bersorak-sorai ketika tim yang mereka dukung menang. Tidak masalah, karena itu bagian dari kebebasan mengekspresikan diri. Saya juga suka kok teriak-teriak untuk dukung tim kesayangan saya. Tapi buat saya, semua itu ada tempatnya. Ketika kebebasan mengekspresikan diri mulai mengganggu serta meresahkan masyarakat lainnya, itu sudah menjadi pelanggaran aturan hukum. *maaf ya..saya kurang paham dengan Perda Jakarta, tapi harusnya pasti ada Perda yang mengatur masalah "mengganggu ketentraman orang lain"*.
Terus terang aja niy ya, tiap kali saya lewat Lebak Bulus yang tiba2 dipenuhi lautan manusia beratribut oranye, saya langsung was-was. Apalagi kalau mereka sudah menggerung2kan motor, memenuhi angkot/metromini/kopaja sampe ke atep2nya sambil bawa gedebukan dan teriak2. Bawaannya pengen nyebuuuttt.. melulu. Dan gak salah kalo saya sibuk komat-kamit. Barusan saja ketika saya pulang, taksi yang saya tumpangi habis digebuk2 mereka. Yah.. salah sopir taksi saya juga siy karena menyetir kurang sabaran sampe akhirnya nyenggol angkot mereka. Tapi ya, mengingat kondisi mereka yang menaiki angkot sampe overload, mereka juga gak bener. Pertama, saking overloadnya jalan angkot jadi lama, sehingga menimbulkan kemacetan. Kedua, saking overloadnya juga, bukan tidak mungkin penumpang2 itu malah mengganggu pak supir yang sedang mengendarai kuda angkot. Ketiga, kalo ada masalah mbok ya gak usah gebuk2 gitu, tidak selamanya yang banyak itu benar loh..
Itu baru satu kejadian ya. Ada lagi hal yang lebih bodoh. Kira-kira beberapa hari yang lalu, giliran mobil2 bergambar Bambang Pamungkas yang kena. Mobil perusahaan yang didesain untuk mendukung promosi perusahaan ini kebetulan melintas ketika bubaran tanding bola dari Jalak Harupat. Habislah mobil2 ini kena senggol, kena timpuk batu, dan kena gebuk para Bobotoh, hanya karena ada muka BePe di kaca belakang mobil mereka. Aksi ini tidak lupa pula dilengkapi dengan ancaman2 berantem buat si supir mobil. Mungkin ini yang namanya benci buta ya..
Apakah ini yang disebut kebebasan berekspresi??
Dipikirnya gaya abis kali ya bikin rusuh di jalanan?!?!
Maaf ya, terakhir kali saya cek, jalanan masih merupakan fasilitas umum yang disediakan negara. Jadi boleh dong saya menuntut kalian untuk berkendara dengan baik serta sopan di jalan, demi keselamatan saya juga.
 

Fioritura Fiori Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template