June 28, 2020

Operasi Caesar, Sakit Gak Sih?

1 Comments
Sebagai veteran dalam melaksanakan persalinan melalui SC (Caesar / C-Sect) saya ingin berbagi sedikit pengalaman yang saya alami. Tapi sebelumnya disclaimer dulu ya. Melalui posting ini, niat saya murni hanya berbagi pengalaman saya yang sudah melakukan 3 kali SC. Dan terus terang saja tiap kali melakukan tindakan SC ini saya selalu mendapatkan hal baru. Saya tidak mengajak ataupun menganjurkan pembaca untuk melakukan persalinan melalui SC. Namun besar harapan saya, setelah membaca post ini, calon mama yang karena satu dan lain hal harus melakukan tindakan persalinan SC memiliki ketenangan batin dan tidak terlalu khawatir selama proses persalinan.

Jadi karena satu dan lain hal, ke-tiga anak saya harus menghembuskan nafas pertama dunia ini melalui proses persalinan C-Sect. Dan setiap proses persalinan pun membawa kenangan tersendiri buat saya. Oke, kita mulai saja dari pertanyaan paling mendasar yang biasanya sering ditanyakan penjenguk seputar persalinan saya.

1. Sakit gak sih pas operasi?
Terus terang selama proses persalinan, sudah pasti dokter akan memberikan obat bius. Jadi sudah pasti, selama operasi dilakukan tidak merasakan sakit apa-apa. Bius yang saya dapatkan adalah bius spinal, disuntikkan melalui tulang punggung, mematikan rasa dari perut hingga ujung kaki, dan saya masih sadar selama menjalani proses persalinan. Banyak yang bilang disuntik dari punggung sangat sakit, tapi buat saya masih bearable, malah lebih ngeri pas disuruh melengkungkan punggung, dan dokter memijit2 ruas tulung punggung saya untuk mencari bagian mana yang akan disuntik bius. Jadi fix ya, selama proses operasi gak kerasa apa.

2. Kalau habis operasi sakit berapa lama?
Selama 24 jam setelah operasi saya diberikan pain killer melalui infus. Jadi walaupun ada rasa sakit, cuma seperti nyeri biasa. Dari skala 1-10, rasa sakitnya mentok di 2. Lewat 24 jam pun, saya masih diberikan obat pain killer oral, kira-kira untuk 3 hari ke depan.
Setelah tidak pakai pain killer bagaimana? Rasa sakitnya masih mentok di 2, cuma mungkin karena bekas sayatan sesar tepat dibagian bawah perut agak sedikit tidak nyaman ketika harus ubah posisi dari berbaring ke duduk, atau duduk ke berdiri (samalah seperti punya luka pas di lutut atau di sikut). Dan ketika perut agak sedikit kekocok karena batuk, bersin ataupun ketawa suka khawatir gitu, takut jaitan lepas. Rasa tidak nyaman ini akan hilang paling tidak setelah jahitan di lepas (kurang lebih 2 minggu setelah operasi).
Oiya kalau misalkan perut terasa suka mules-mules, inipun wajar ya, karena ketika kita melakukan operasi caesar kan rahim tidak melakukan kontraksi seperti proses persalinan per vaginam. Jadi biasanya ada tambahan obat induksi dari dokter untuk membantu pengecilan rahim, aktivitas meyusui bayi pun juga membantu proses pengecilan rahim ini.

3. Di rumah sakit berapa lama?
Tiga hari setelah operasi saya diperbolehkan pulang oleh dokter. Malah biasanya stay lebih lama di rumah sakit justru karena dedek bayi nya belum selesai observasi oleh DSA atau ada indikasi bilirubin tinggi.

4. Habis operasi boleh langsung jalan-jalan?
Setelah operasi biasanya kita harus terus dalam posisi berbaring selama 24 jam. Kepala tidak boleh diangkat, harus terus menempel pada bantal. Pertamanya saya kira ini dikarenakan jaitan yang belum menempel, tapi berdasarkan informasi sesedokter anestesi yang masih saudara ternyata ini disebabkan oleh tindakan bius melalui spinal. Khawatirnya mual dan pusing jika mengangkat kepala atau berdiri disaat efek obat belum benar2 menghilang. Lewat 24 jam sudah bisa beraktivitas seperti biasa ya, bahkan diwajibkan untuk sudah bangan dari tempat tidur.

5. Apakah bisa melakukan IMD saat operasi caesar?
Jawabannya adalah bisa! Walaupun mungkin durasi melakukan IMD tidak selama ketika melakukan persalinan per vaginam. Karena ruangan operasi kondisinya sangat dingin, sedangkan adek bayi yang baru lahir belum terlalu pintar untuk mengatur suhu tubuhnya sendiri. Selain itu, karena kondisi tangan kanan dan kiri yang penuh dengan infus dan alat monitor jantung dll, proses IMD dan kesempatan bonding sangat bergantung dengan ketekunan DSA. Terus terang saya baru mengalamai proses IMD saat operasi pada persalinan ke-dua saya. Itupun karena DSAnya perempuan, kebetulan waktu persalinan pertama DSA nya laki-laki, mungkin risih kali ya kalau harus membantu proses IMD. Nah, kalau ini adalah proses persalinan pertama kamu dan terpaksa harus SC pastikan dengan pihak RS kalau proses IMD dapat dilakukan di ruang operasi.

6. Katanya 24 jam pertama harus berbaring, nyusuin bayinya gimana?
Selama tidak boleh duduk, nyusuin bayinya ya sambil bobok-an. Jadi walaupun tidak boleh mengangkat kepala, kita boleh kok miring ke kiri atau ke kanan. Badan mungkin masih agak sedikit kaku karena pengaruh obat, jadi jangan lupa minta bantuan suster atau keluarga ya. Kalau menyusui sambil bobok-an begini rawan penyakit ngantuk. Stay alert, kalau perlu minta bantuan agar dibangunkan oleh yang menunggu jika terlihat kita tertidur pulas saat menyusu. Karena bayi masih sangat kecil dan lemah, khawatirnya hidung tertutup payudara saat sedang menyusu.

7. Berapa sih biaya operasi SC?
Biaya persalinan sangat bergantung dengan RS yang kita tuju serta dokter yang menangani. Yang pasti biaya persalinan SC lebih malah dari biaya persalinan per vaginam (hehe). Dan sebagai kisi-kisi nih, dalam kurun waktu 6/7 tahun biaya paket persalinan di RS bisa naik hingga 50% (pertahun kira-kira naik sekitar 8%). Jadi buat yang berencana, boleh loh sudah mulai hitung-hitung biaya dari sekarang.

8. Apakah ada komplikasi setelah melakukan persalinan SC?
Dari segi luka jahitan, persalinan saya dan perawatan pasca persalinan berjalan lancar. Luka jahit tidak infeksi dan sembuh dengan cepat. Namun memang pastinya ada bekas jahit yang cukup terlihat (karena mungkin saya juga ada history keloid). Jika kamu juga ada riwayat / keturunan keloid ada baiknya informasikan dokter yang akan melakukan tindakan. Biasanya benang yang digunakan adalah benang operasi yang harus dicabut lagi setelah persalinan kemudian akan diberikan obat salep tambahan untuk menghambat pembentukan keloid.
Komplikasi yang cukup bikin deg2an justru terjadi saat perawatan 1x24 jam setelah persalinan. Waktu itu adalah dosis terakhir untuk pemberian obat lambung dan painkiller lewat infus. Obat pertama yg disuntikkan adalah obat lambung, kemudian ketika dimasukkan obat painkiller, tiba2 saya merasa dada sedikit sesak dan kerongkongan gatal sekali ingin batuk. Saya pikir itu hanyalah batuk biasa. Baru terasa beda ketika 5 menit kemudian mata sebelah kanan saya terasa agak berat dan ternyata bengkak. Langsunglah panggil suster untuk periksa, karena saya yakin ini adalah reaksi alergi obat. Alhamdulillah tertangani dengan cepat, pemberian anti alergi walaupun sempat sedikit susah (karena ternyata, tangan saya yang diinfus mulai bengkak juga) tetapi akhirnya semua obat bisa masuk. Within the night, pernafasan sudah lega, dan keesokan harinya mata pun sudah tidak bengkak. Terus terang sebelum persalinan saya tidak ada riwayat alergi obat, paling-paling hanya debu, dingin, dan unknown reason (makanan tapi gak tau makanan apa😁). Nah kalau kamu ada riwayat alergi seringan apapun, komunikasikan ke dokter ya, agar penanganan yang diberikan juga tepat.

Sekian sedikit sharing dari saya. Semoga artikel ini dapat membantu mamas mama akan bersiap melakukan tindakan SC.
Remember c-section doesn't make you any less of a woman.
 

Fioritura Fiori Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template