June 28, 2010

Two Out of Thousand Islands

0 Comments
In 2010, Kep. Seribu (Thousand Islands) suddenly became one of the most visited tourism site in Jakarta. In my opinion part of it is probably because the Jaks are just fed up with the highways, skyscrapers, malls, fusion foods, and branded fashions. This is proven later, when I went to Pulau Tidung, one out of thousands islands at Kep. Seribu.
So it all starts with a mass email at my office, few of the youngsters are planning to for a weekend gateaway. And with a few click here and there at Google, Facebook, and Kaskus, we found this amateur travel agent whose expertise is providing accomodations & trips to P. Tidung *info will be available later*. They even offer various packages you can choose, right from cheap to slightly expensive (as the most expensive trip will only be around 400.000 IDR). Make sure to travel in large groups, as the price will be cheaper, plus they also have minimum limits of people for each group. I guess this is will make them easier in head counting and arranging transportation & guest house. You see, the transportation that we used to reach P. Tidung is a big boat that can fit around 150 people, without seats. So we will all be sitting on the deck, and sometimes to reach your assigned boat, you will need to jump over other boats. The boat sails from Muara Angke Port and it takes around two hours before we reached P. Tidung.
As an inhabited island, you willactually find this place a bit dirty. I guess it is no wonder, as it is a really small island, in the middle of the sea, and quite populated, so sanitation will be an issue. If the governments are really serious to build this place as one of tourism spot then they need to came up with ideas that can:
  • harmonize tourists with locals
  • preserve the natural beauty
  • provide more facilities without making it too commercialize
Despite all that, P. Tidung is still worth the visit for a cheap weekend getaway. Especially if you're going there with friends. Bring your guitar, some fireworks, some cards. Because when the night came the only entertainment you can get is singing, talking nonsense, playing fireworks or cards, BBq-ing at the pier or shore under the moonlight. Yap, no honking cars, no house music, it's a stress free zone.
If you're going for the complete package, you will be provided with bicycle to ride around the island, plus snorkeling kit. This P. Tidung is actually consist of two islands, P. Tidung Besar where the people live, and P. Tidung Kecil which is uninhabited and surrounded by mangrove. To reach P. Tidung Kecil, all you need to do is bike to the east of P. Tidung Besar and cross a bridge that connects the two island. This bridge is called Jembatan Cinta (Love Bridge). I don't know why it's named that way, but surely a walk along the wooden bridge while waiting for sunset or sunrise is actually nice.
When I was there, we took another boat ride to snorkel at P. Karang Beras. Once here, you really need to look around for the best spot. And be really careful with the coral reef, some coral reefs are still too young and will easily break if you use it as supports. I found the snorkeling really entertaining, but I guess, the place is not as mesmerizing as Ujung Kulon's Citerjun.
To wrap this up, I give this place 3stars. Don't think will miss it much, but P. Tidung definitely makes me want to visit other islands at Kep. Seribu.

p.s. For travel agent contact you can visit this link

June 10, 2010

Napak Tilas

0 Comments
Hehe,, namanya napak tilas, tujuan utamanya pastilah jalan-jalan menumbuhkan kenangan-kenangan masa lalu. Mengingat gosip-gosip basi dan bertemu dengan orang-orang yang lupa-lupa ingat sama kita, ditambah membandingkan kampus yang dulu begitu sekarang begini. Kalau sekarang orang tanya kenapa saya milih kuliah di situ, saya cuma bisa jawab karena takdir bilang saya harus menimba ilmu di situ. In the end, I never regret the decision to go there. Walaupun IP saya pas-pasan, saya belajar lebih banyak dari sekedar ajaran dosen di depan kelas.
Selamat menikmati foto2, before & after berikut..

Segitiga Merah

Lapangan Voli

Kursi Panas Wasit

Jalan Menuju GWW

Waiting for Your Highness

HIMALOGIN (tempat tidur sebelum mata kuliah berikutnya, tempat nyalin PR/Laporan, dan tentu saja tempat begadang bikin video TIN 40 pika26



Last but not least..
yeayyy.. akhirnya fakultas ku punya papan nama!!!blogger-emoticon.blogspot.com




June 09, 2010

Cerita Gila : Apa yang kita cari?

1 Comments
Prologue : Belajar. Mendengar kata itu, yang lewat di pikiran pasti, ruang kelas, ibu/bapak memegang penghapus papan tulis/kapur/penggaris, dan buku. Memang proses belajar harus ada pengajar. Tapi pengajar tidak harus berupa seseorang yang memiliki profesi sebagai guru. Belajar tidak harus di dalam ruangan kelas atau institusi sekolah. Dan belajar pun tidak harus disertai buku wajib. Setelah bertahun-tahun berinteraksi dengan beratus macam orang. Pelajaran datang dari cerita-cerita gila yang dituturkan teman-teman saya, ataupun pengalaman saya dengan teman-teman saya. Ternyata.. cerita gila = proses belajar.

I. Cantik Itu Relatif, Jelek Itu Mutlak
Waktu pertama kali saya dengar cerita ini dari teman saya, saya tidak hentinya tertawa terpingkal-pingkal. Karena mereka terlah melakukan pembuktian bahwa teori "cantik itu relatif, jelek itu mutlak" benar adanya. Walaupun cara mereka melakukan uji hipotesa ini agak sedikit kejam. Tapi saya tidak bisa memungkiri, hasil dari uji ini.
Oke,, jadi sebut saja dua orang teman saya yang playboy-playboy klub merah jambu ini si Anu dan si Itu. Suatu hari terik di pinggiran kampus, mereka berdiskusi mengenai siapa wanita paling cantik di kelas. Spontan keduanya tidak sepakat dengan satu nama wanita tercantik itu. Maklumlah keduanya beda selera. Terus tiba-tiba si Anu bilang, "Kalau *menyebutkan salah satu nama wanita satu angkatan* bagaimana?". Dengan cepat si Itu langsung menyahut sambil menggeleng2kan kepala, tanda tidak setuju. Si Anu pun mengiyakan jawaban temannya, "sama menurut gua juga enggak". Akhirnya diskusi diakhiri dengan kesimpulan dari si Itu, "Ternyata bener ya,, cantik itu relatif, jelek itu mutlak".

II. Beauty is Pain!!
Pulang kantor sore-sore, paling enak dengerin radio sambil menikmati macet yang tak jelas juntrungannya. Kebetulan pas dengerin radio, pas lagi ada yang membahas tradisi-tradisi gila agar wanita menjadi cantik. Contoh niy,, memakai kalung berlapis sehingga leher jadi panjang, memakai anting yang beratnya naudzubillah biar lubang kuping makin besar, atau membebat kaki. Dan kalo dipikir-pikir, tradisi-tradisi ini sebenarnya adalah praktek-praktek mentransformasi diri, agar memenuhi standar cantik yang dipercayai. Kalau ibu-ibu perkotaan sukanya operasi plastik dan suntik botox, kalo masyarakat tradisional ini ya sukanya pake logam di leher, bibir, atau kuping (yang saya yakin, walaupun terlihat lumrah pasti ada sakitnya juga). Whichever that is, bagi saya itu sama saja. You have to stretch here and there, just to look beautiful (according to the society). Dan saya pun termasuk korban beauty-is-pain, kalo tidak mana mungkin saya mau gigi saya dikerangkeng, atau rela kuping saya ditindik.

Kesimpulan:
Ternyata kita tidak sepintar yang kita kira, karena terlalu banyak di dunia ini yang kita kejar ternyata sesuatu yang relatif. Sesuatu yang hanya memiliki arti jika dihubungkan dengan hal lainnya. Apa itu?? Selera,, apa lagi. Dan selera adalah satu hal di dunia ini yang paling tidak sama antara satu individu dengan individu lainnya. Selalu berubah pula seiring berjalannya waktu.
Dan kita menjadi lebih tidak pintar lagi, karena untuk mengejar sesuatu yang relatif itu kita sampai jatuh bangun, bercucuran keringat dan air mata. Beberapa orang berlindung dibalik kata 'mimpi' untuk menoleransi setiap tetes keringat dan air mata. Kalau kata teman saya yang paling gila, mengutip temannya yang pasti lebih gila "Aku hidup tanpa mimpi, maka aku tidur nyenyak malam hari". Sejujurnya mimpi, memang hanya wujud ketidakpuasan terhadap kondisi saat ini. Lalu, kalau pada dasarnya manusia tidak pernah puas, mau sampai kapan pula bermimpi?
Saya ingat salah satu atasan saya yang sukanya stretch!!stretch!!stretch!!. Kurang tiga hari dari deadline, target pasti naik. Saya jadi pusing, karena saya juga harus ikut tarik.. tarik.. tarik.. Karet kolor pun kalau ditarik terus pasti putus.
Ah,, benar juga kata Cak Nun, kita akan lelah sendiri jika hanya menyandarkan diri pada hal-hal relatif. Karena ibarat bersandar pada bayangan pohon, begitu mau istirahat, gak berapa lama posisi pohonnya berubah. Kalau begitu, mulai sekarang saya mau nyender sama pohon rindang sajalah.,yang pasti2, yang nyata2, yang gak berubah2, yang mutlak..
 

Fioritura Fiori Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template