Hari yang sungguh melelahkan, hanya secara fisik tidak secara psikis. Setelah seharian berjalan-jalan, saya pulang dengan betis yang berdenyut-denyut serasa membengkak, tapi dengan otak yang begitu fresh. Oke, jadi hari ini memang telah direncanakan oleh saya untuk berjalan-jalan keliling kota tua. Intinya jalan-jalan untuk keluar masuk museum, menikmati pemandangan, menambah informasi, dan pastinya foto2 aksi. hahaha..
Namun karena jadwal yang terlalu padat, tidak dapat dihindari, saya hanya dapat mengunjungi Museum Bank Mandiri dan Museum BI *padahal niat awalnya mampir ke Fatahillah dan Wayang juga*. Walaupun begitu, saya sangat menikmati mengunjungi kedua museum tersebut. Terutama Museum Bank Mandiri. Tidak dapat dibayangkan bahwa gedung yang sudah berdiri lama ini merupakan saksi sejarah perbankan Indonesia.
Dan begitu memasukinya saya langsung tahu kenapa buku besar yang merupakan buku utama pencatatan transaksi keuangan itu dinamakan "Buku Besar". Ya karena memang bentuknya yang super duper besar. hoho..
Menarik berjalan2 di dalam Museum Bank Mandiri. Selain menikmati arsitektur gedung yang oh-so-old-and-antique itu, saya juga sedikit berimajinasi tentang bagaimana kegiatan perbankan dijalankan dahulunya, dan bagaimana penyediaan servis dari perbankan itu berevolusi *mengingat saya berjalan2 dengan pegawai BRI+BCA+Niaga, mau tak mau saya sedikit menguping tentang ini-itu-nya dunia perbankan*
Museum BI, menawarkan pengalaman yang berbeda dari Museum Bank Mandiri. Karena lebih interaktif dan mengekspos fun facts tentang dunia perbankan. Contohnya asal muasal kata "bank" dan "duit". Selain itu juga ada pemutaran film mengenai dunia perbankan, keuangan, dan ekonomi, seperti inflasi, cara pencetakan&peredaran uang, sejarah BI, dll. Pas kesana sih, saya paling heboh di ruang..mm..apa ya namanya?? saya lupa. tapi yang pasti ruang ini gelap terus ada tembok yang dijadikan sebagai layar proyektor. Nah di tembok tersebut ada uang-uang koin digital berterbangan yang bisa kita tangkap. Kalo berhasil ditangkap, akan keluar informasi mengenai uang tersebut, contoh: nominal pecahan uang tersebut, dikeluarkan tahun berapa, dll. Saking semangatnya menangkap koin-koin receh digital ini, saya sampai gedebak gedebuk meraba2 tembok. Sampai akhirnya penjaganya bilang "Temboknya jangan disentuh ya..". Oops..
Satu lagi tempat yang menarik adalah ruang numimastik *bener gak sebutnya??*. Di sini ada koleksi uang-uang Indonesia dari jaman dulu sampe sekarang. Dan uang-uang yang hanya dicetak untuk kepentingan koleksi. I am not a money collector, but I really do enjoy looking at those sometimes bizarre coins and money. Koin disamping merupakan salah satu contoh koin edisi khusus "For The Children of The World". Nice..
Setelah puas mengunjungi museum2 tersebut, agenda saya pun dilanjutkan dengan menonton A Night At The Museum 2, yang mem-fitur The Smithsonian Museum. And I am just wowed looking at that world's largest museum complex. Looks like it's going to be on my places-to-visit list. Hanya bisa menerawang, kapan Indonesia punya komplek museum seperti itu *tampaknya Kota Tua bisa dikembangkan, asal tertata dengan sangat baik*. Begitu pulang langsung saya googling, dan hasilnya bisa membuat saya ternganga lebar. Bisa dibilang
The Smithsonian merupakan museum yang komplit, mulai dari art, culture, nature, social, architecture, history, science&tech bahkan sampai ada zoological park segala. Yang bikin saya menganga lagi, kompleks yang terbilang komplit ini pun bermimpi untuk menambahkan koleksi mereka *terbukti dengan akan dibangunnya museum mengenai budaya dan sejarah african-american*. I really do wish we have something like that here. Something that reminds us of where this root really belongs to. I may not be a really big fan of history, I don't even remember much about those war dates, or the chronography of important events. But I wouldn't mind having the history preserve in a museum, just so people like me could always go there and get a blast from the past. Seriously, I believe learning history would be a lot easier when it's more of a story telling and less of forcing students to remember specific dates and names.
jasmerah ~ jangan sekali-kali melupakan sejarah..