Prologue : Belajar. Mendengar kata itu, yang lewat di pikiran pasti, ruang kelas, ibu/bapak memegang penghapus papan tulis/kapur/penggaris, dan buku. Memang proses belajar harus ada pengajar. Tapi pengajar tidak harus berupa seseorang yang memiliki profesi sebagai guru. Belajar tidak harus di dalam ruangan kelas atau institusi sekolah. Dan belajar pun tidak harus disertai buku wajib. Setelah bertahun-tahun berinteraksi dengan beratus macam orang. Pelajaran datang dari cerita-cerita gila yang dituturkan teman-teman saya, ataupun pengalaman saya dengan teman-teman saya. Ternyata.. cerita gila = proses belajar.
I. Cantik Itu Relatif, Jelek Itu Mutlak
Waktu pertama kali saya dengar cerita ini dari teman saya, saya tidak hentinya tertawa terpingkal-pingkal. Karena mereka terlah melakukan pembuktian bahwa teori "cantik itu relatif, jelek itu mutlak" benar adanya. Walaupun cara mereka melakukan uji hipotesa ini agak sedikit kejam. Tapi saya tidak bisa memungkiri, hasil dari uji ini.
Oke,, jadi sebut saja dua orang teman saya yang playboy-playboy klub merah jambu ini si Anu dan si Itu. Suatu hari terik di pinggiran kampus, mereka berdiskusi mengenai siapa wanita paling cantik di kelas. Spontan keduanya tidak sepakat dengan satu nama wanita tercantik itu. Maklumlah keduanya beda selera. Terus tiba-tiba si Anu bilang, "Kalau *menyebutkan salah satu nama wanita satu angkatan* bagaimana?". Dengan cepat si Itu langsung menyahut sambil menggeleng2kan kepala, tanda tidak setuju. Si Anu pun mengiyakan jawaban temannya, "sama menurut gua juga enggak". Akhirnya diskusi diakhiri dengan kesimpulan dari si Itu, "Ternyata bener ya,, cantik itu relatif, jelek itu mutlak".
II. Beauty is Pain!!
Pulang kantor sore-sore, paling enak dengerin radio sambil menikmati macet yang tak jelas juntrungannya. Kebetulan pas dengerin radio, pas lagi ada yang membahas tradisi-tradisi gila agar wanita menjadi cantik. Contoh niy,, memakai kalung berlapis sehingga leher jadi panjang, memakai anting yang beratnya naudzubillah biar lubang kuping makin besar, atau membebat kaki. Dan kalo dipikir-pikir, tradisi-tradisi ini sebenarnya adalah praktek-praktek mentransformasi diri, agar memenuhi standar cantik yang dipercayai. Kalau ibu-ibu perkotaan sukanya operasi plastik dan suntik botox, kalo masyarakat tradisional ini ya sukanya pake logam di leher, bibir, atau kuping (yang saya yakin, walaupun terlihat lumrah pasti ada sakitnya juga). Whichever that is, bagi saya itu sama saja. You have to stretch here and there, just to look beautiful (according to the society). Dan saya pun termasuk korban beauty-is-pain, kalo tidak mana mungkin saya mau gigi saya dikerangkeng, atau rela kuping saya ditindik.
Kesimpulan:
Ternyata kita tidak sepintar yang kita kira, karena terlalu banyak di dunia ini yang kita kejar ternyata sesuatu yang relatif. Sesuatu yang hanya memiliki arti jika dihubungkan dengan hal lainnya. Apa itu?? Selera,, apa lagi. Dan selera adalah satu hal di dunia ini yang paling tidak sama antara satu individu dengan individu lainnya. Selalu berubah pula seiring berjalannya waktu.
Dan kita menjadi lebih tidak pintar lagi, karena untuk mengejar sesuatu yang relatif itu kita sampai jatuh bangun, bercucuran keringat dan air mata. Beberapa orang berlindung dibalik kata 'mimpi' untuk menoleransi setiap tetes keringat dan air mata. Kalau kata teman saya yang paling gila, mengutip temannya yang pasti lebih gila "Aku hidup tanpa mimpi, maka aku tidur nyenyak malam hari". Sejujurnya mimpi, memang hanya wujud ketidakpuasan terhadap kondisi saat ini. Lalu, kalau pada dasarnya manusia tidak pernah puas, mau sampai kapan pula bermimpi?
Saya ingat salah satu atasan saya yang sukanya stretch!!stretch!!stretch!!. Kurang tiga hari dari deadline, target pasti naik. Saya jadi pusing, karena saya juga harus ikut tarik.. tarik.. tarik.. Karet kolor pun kalau ditarik terus pasti putus.
Ah,, benar juga kata Cak Nun, kita akan lelah sendiri jika hanya menyandarkan diri pada hal-hal relatif. Karena ibarat bersandar pada bayangan pohon, begitu mau istirahat, gak berapa lama posisi pohonnya berubah. Kalau begitu, mulai sekarang saya mau nyender sama pohon rindang sajalah.,yang pasti2, yang nyata2, yang gak berubah2, yang mutlak..
I. Cantik Itu Relatif, Jelek Itu Mutlak
Waktu pertama kali saya dengar cerita ini dari teman saya, saya tidak hentinya tertawa terpingkal-pingkal. Karena mereka terlah melakukan pembuktian bahwa teori "cantik itu relatif, jelek itu mutlak" benar adanya. Walaupun cara mereka melakukan uji hipotesa ini agak sedikit kejam. Tapi saya tidak bisa memungkiri, hasil dari uji ini.
Oke,, jadi sebut saja dua orang teman saya yang playboy-playboy klub merah jambu ini si Anu dan si Itu. Suatu hari terik di pinggiran kampus, mereka berdiskusi mengenai siapa wanita paling cantik di kelas. Spontan keduanya tidak sepakat dengan satu nama wanita tercantik itu. Maklumlah keduanya beda selera. Terus tiba-tiba si Anu bilang, "Kalau *menyebutkan salah satu nama wanita satu angkatan* bagaimana?". Dengan cepat si Itu langsung menyahut sambil menggeleng2kan kepala, tanda tidak setuju. Si Anu pun mengiyakan jawaban temannya, "sama menurut gua juga enggak". Akhirnya diskusi diakhiri dengan kesimpulan dari si Itu, "Ternyata bener ya,, cantik itu relatif, jelek itu mutlak".
II. Beauty is Pain!!
Pulang kantor sore-sore, paling enak dengerin radio sambil menikmati macet yang tak jelas juntrungannya. Kebetulan pas dengerin radio, pas lagi ada yang membahas tradisi-tradisi gila agar wanita menjadi cantik. Contoh niy,, memakai kalung berlapis sehingga leher jadi panjang, memakai anting yang beratnya naudzubillah biar lubang kuping makin besar, atau membebat kaki. Dan kalo dipikir-pikir, tradisi-tradisi ini sebenarnya adalah praktek-praktek mentransformasi diri, agar memenuhi standar cantik yang dipercayai. Kalau ibu-ibu perkotaan sukanya operasi plastik dan suntik botox, kalo masyarakat tradisional ini ya sukanya pake logam di leher, bibir, atau kuping (yang saya yakin, walaupun terlihat lumrah pasti ada sakitnya juga). Whichever that is, bagi saya itu sama saja. You have to stretch here and there, just to look beautiful (according to the society). Dan saya pun termasuk korban beauty-is-pain, kalo tidak mana mungkin saya mau gigi saya dikerangkeng, atau rela kuping saya ditindik.
Kesimpulan:
Ternyata kita tidak sepintar yang kita kira, karena terlalu banyak di dunia ini yang kita kejar ternyata sesuatu yang relatif. Sesuatu yang hanya memiliki arti jika dihubungkan dengan hal lainnya. Apa itu?? Selera,, apa lagi. Dan selera adalah satu hal di dunia ini yang paling tidak sama antara satu individu dengan individu lainnya. Selalu berubah pula seiring berjalannya waktu.
Dan kita menjadi lebih tidak pintar lagi, karena untuk mengejar sesuatu yang relatif itu kita sampai jatuh bangun, bercucuran keringat dan air mata. Beberapa orang berlindung dibalik kata 'mimpi' untuk menoleransi setiap tetes keringat dan air mata. Kalau kata teman saya yang paling gila, mengutip temannya yang pasti lebih gila "Aku hidup tanpa mimpi, maka aku tidur nyenyak malam hari". Sejujurnya mimpi, memang hanya wujud ketidakpuasan terhadap kondisi saat ini. Lalu, kalau pada dasarnya manusia tidak pernah puas, mau sampai kapan pula bermimpi?
Saya ingat salah satu atasan saya yang sukanya stretch!!stretch!!stretch!!. Kurang tiga hari dari deadline, target pasti naik. Saya jadi pusing, karena saya juga harus ikut tarik.. tarik.. tarik.. Karet kolor pun kalau ditarik terus pasti putus.
Ah,, benar juga kata Cak Nun, kita akan lelah sendiri jika hanya menyandarkan diri pada hal-hal relatif. Karena ibarat bersandar pada bayangan pohon, begitu mau istirahat, gak berapa lama posisi pohonnya berubah. Kalau begitu, mulai sekarang saya mau nyender sama pohon rindang sajalah.,yang pasti2, yang nyata2, yang gak berubah2, yang mutlak..
1 Comments:
hmm btul..
Kt Cak Nun lg :
Jangan mati-matian mengejar sesuatu yang tidak dibawa mati...
look beautiful, pretty (according to the society tentunya) tp perilaku sikap, tidak menyejukkan hati yo sami mawon to,,,?
Kt Papa-nya Qq :
Lebih baik malu sm Allah, daripada malu sm orang lain...
padaNya qta berpulang, sedang Dia melihat hati & amal qta, bukan penampilan fisik qta...
hehe ;)
Cheers may..
*sudah lama tidak membuka blogmu, & ternyata sudah lama pula blog ini tidak diupdate, sperti halnya blog saya :p*
Cu end of July, hun! :D
Post a Comment