Prologue : Mungkin isi postingan kali ini agak gak nyambung antara judul dengan isi, tapi mungkin juga sedikit2 nyambung. Anyhow,, sebuah cerita gila,, di akhir minggu yang juga gila.
Hari ini saya menghadiri pernikahan salah satu sahabat karib saya sejak jaman putih abu2 dulu. Pulang dari hajatan tiba2 teman karib saya yang lainnya menyodorkan sebuah undangan pernikahan tertanggal 3 minggu lagi. Saya tidak kaget *karena sudah mengira*, but the invitation practically makes me The Last Girl Standing.
Seperti halnya pernikahan sahabat2 saya sebelumnya, ajang resepsi pernikahan akan selalu dijadikan ajang reunian teman2 satu geng. Maka acara kumpul2 pun kemudian berlanjut ke mall2 atau restoran terdekat, dengan pembahasan terhangat : when will the last girl standing send out the invitiation, and how the others met the one. And they all say the same thing, that one day it could happen over a really small and simple thing. Hanya karena sebungkus asinan, hanya karena sebuah pertemuan di siang hari bolong, hanya karena niat membantu, dan hanya karena hanya karena lainnya yang begitu halusnya sehingga tak kasat mata, namun membuahkan jawaban pada waktunya. And here are the tips from first hand experience.
I. Nawaitu "Cari Jodohi" Lillahi Ta'ala
Apapun yang kita lakukan, baik dalam hal berkarier, studi, romance, intinya apapun yang dilakukan dalam hidup ini haruslah diawali dengan N.I.A.T. Niatkanlah untuk melakukan sesuatu, kemudian lakukan niat itu seperti halnya kita bernafas setiap detik. Sudah pasti niat kemudian akan menjadi bagian dari hidup kita, dan apapun yang kita cari akan menjadi lebih dekat. Namun sebelum berniat untuk mencari sesuatu, ada baiknya kita mengetahui apa yang kita cari. Which brings us to the next tips.
II. Determine what you've been searching for
Mungkin untuk yang ini saya akan sedikit menyinggung-nyinggung training seven habits yang dulu saya dapatkan. Tujuh kebiasaan Mr Covey ini sendiri dibagi menjadi dua bagian, satu untuk menjadikan diri lebih independen (self mastery), dua untuk bisa saling bekerjasama dengan orang lain. And the rule of thumb is kita tidak bisa bekerja sama dengan orang lain sebelum kita memahami diri sendiri. So in this term, please "Begin with the End in Mind". You gotta know what you need, before trying to fulfill it.
III. An-Nur : 26
Tidak hanya satu atau dua orang yang selalu menyitir ayat ini untuk saya. Dan mungkin kemarin ke seribu satu kalinya saya mendengar wejangan ini dari teman saya. :)
I guess *bersandarkan pada pemahaman saya yang cetek* we can put it this way, that it always takes two to tango. And a good team work is only as good as your weakest player. So in order to be perfectly in sync both players need to be on the same league. Dan disinilah introspeksi diri memainkan peranan. We want it, we are seriously looking for it, then we gotta be it first, in times someone who's it will be atrracted to your it. *does this start to confuse you??*
IV. Ikhlas
Mendengar kata-kata ini saya langsung ingat filmnya Deddy Mizwar : Kiamat Sudah Dekat. Di bagian terakhir film, Kang Deddy mensyaratkan si Fandy untuk bisa ikhlas jika mau menikahi putrinya. Sesuatu yang begitu mudah untuk diucapkan tetapi begitu sulit untuk dijalankan.
Saya jadi inget juga pengalaman saya waktu kuliah dulu. Tempat pensil saya yang isinya sangat komplit mulai dari bolpen warna warni, pensil, hingga kalkulator scientific yang gress itu pernah ketinggalan di salah satu ruang kuliah. Begitu teringat dan dicari kembali sudah hilang, tanya sana sini gak ada yang liat. Akhirnya saya buat selebaran abal2, sambil mengucap bismillah saya tempel di pintu masuk ruang kuliah tersebut. Kemudian saya pulang, sambil menghitung ubin di lantai saya membatin dalam hati "kalau memang harus hilang, ya hilang, semoga lebih bermanfaat buat yang menemukan". Untungnya tujuh hari kemudian, tiba-tiba tempat pensil itu kembali ke tangan saya. Mungkinkah itu ikhlas?? Atau hanya ikhlas abal2?? *abis keliatannya cuma sebates tempat pensil gitu,, hehe,,*
Tapi mungkin bener juga kata suami sohibulbatun saya *yang juga temen saya dari es-de, yang berdasarkan permintaan istrinya harus dibikinin quotationnya katanya*
Ikhlas adalah hal yang paling bisa mendekatkan diri kepada apa yang kita butuhkan ~Satriyo,2011
Jadi,, *niat cari2 alesan niy* paling gak udah bisa ngikhlasin tempat pensil *yang waktu dulu sangat2 dibutuhkan untuk kepentingan studi*, nah sekarang tinggal belajar untuk mengikhlaskan yang lainnya,,
Akhirul kalam : mm,, rasanya saya bingung untuk menutup cerita gila yang satu ini,, :P
Bagaimana kalau kita biarkan cerita gila ini tanpa kesimpulan dan kita biarkan waktu yang memberikan kesimpulannya nanti,, *loh?!?!*