June 25, 2013

It's Not Goodbye

0 Comments


Saying goodbye to your first professional job is never easy. Especially when you started out as a trainee. You somehow create a bond with the company who willingly employ a fresh graduate as you are, and promised you a bright management career ahead (if you qualified further). Moreover you also created a bond with fellow trainees, with whom you shared the ups and downs of being a trainee. To me, the company is not only my first professional job, but it was also a first for everything. My first encounter with supply chain, my first professional fight, my first professional panic, my first company outing, my first time to win a video competition and obviously the place where I met my first (and only!) lovely hubby
Well, as we all know, nothing is forever and so does this employee-company relationship. When the time comes, you just have to decide to move on and leave all things behind. I remembered about 3 and a half years ago, thanks to a certain director who’s willingly to employ me eventhough I’m still at my last year of postgraduate program. Giving me the privilege and flexibility to work while completing my study. It seems like yesterday when I’m sent to the suburbs of Bandung, on and off a small truck, doing things I would never consider doing my whole life. Second guessing my abilities, as I always know, I don’t have the heart to do my first project. But the thought of one day doing what I love, is what kept me going. Eventually everything must come to an end. After two months, the first project is completed. And eventually, we come to this day, when I depart with my first professional job. .
Whatever we do, it is all for a cause. We decided something because we believe that something new is a greater good for us.
Moving on from a relationship is never easy. But you just have to do it, especially when you believe it is what’s best, and whatever ahead will be better.

June 17, 2013

MP-ASU - Never Too Early,,,

0 Comments
Menjadi emak2 baru tidaklah mudah pasti banyak panik dan khawatirnya. Anak ngangkat kepala takut lehernya kecetit *padahal emang udah waktunya ngangkat kepala*, anak bersin2 langsung khawatir flu *padahal reflek karena banyak orang belum mandi disekitarnya*.
Beruntunglah saya yang punya banyak sahabat yang sudah punya banyak anak duluan *see,, menikah/punya anak belakangan ternyata ada untungnya juga kan,, hehehe,,*, jadi saya pun punya banyak tempat untuk sharing ilmu serta konsultasi di saat darurat sebelum beneran konsultasi ke ahlinya.
Salah satu topik yang paling hot dibahas adalah MPASI (Makanan Pendamping ASI),,
Loh,, loh,, kok udah mikirin makan aja? my baby kan baru 2 bulan. Well, for me it is NEVER TOO EARLY,, to learn! Beruntungnya saya punya sahabat emak2 yang juga rajin sharing dan diskusi di forum publik, akhirnya saya pun diperkenalkan dengan HHBF dan BLW buat nambah ilmu ber MPASI *atau ber MPASU (makanan pendamping air susu) kalo di kasus saya mah*. Grup ini bukan hanya sekedar grup sharing resep, tapi juga memotivasi untuk selalu memberikan yang terbaik buat si kecil. Sampai akhirnya,, *jreng,,jreng,,* saya pun membeli banyak buku kitab untuk semakin mantap persiapan MPASU nya. (yup,, ini salah satu bahaya laten OL shopping saya selama cuti)

1. Homemade Healthy Baby Food

Finally setelah berdiri selama beberapa tahun penggagas2 HHBF meluncurkan satu buku. Buku yang baru terbit akhir bulan Mei ini langsung diserbu oleh member2 groupnya. Saya juga ikut2an beli, lebih karena penasaran apa itu HHBF.
Di buku perdana ini HHBF menjelaskan secara singkat bagaimana memulai MPASI, makanan apa? kapan mulai? bagaimana memulai? seberapa sering makan? dan kegalauan-kegalauan lainnya saat bayi harus mulai diberikan makanan pendamping. Kemudian ditambah pula dengan tulisan2 inspiratif ibu2 yang ber-HHBF baik working mom ataupun bukan, suka memasak ataupun tidak, full ASIX atau menyerah dengan sufor. Dibumbui pula dengan sedikit resep yang aman untuk baby 6m - 12m yang sudah diuji coba oleh dapur ibu2 HHBF.
Kumpulan resepnya dikemas dengan sangat menarik
Setelah membaca buku ini, kesannya,, saya makin semangat untuk memberikan homemade healthy baby food ke anak saya nanti. Saya menyerah dengan sufor di minggu ke-3 dan tidak *terlalu* suka memasak! Tapi saya percaya pada waktunya nanti saya harus memberikan makanan terbaik buat anak saya. No instant food, karena anak saya bukan generasi instan!

2. Makanan Bayi Sehat Alami - Wied Harry Apriadji
Setelah ngubek2 grup HHBF, ternyata ada satu suhu dunia persilatan makanan sehat yang sering dijadikan acuan ibu2 di group tersebut, yaitu Pak Wied. Penasaran, saya pun mampir ke toko buku terdekat untuk mencari bukunya Pak Wied ini. Ternyata eh ternyata begitu sampe di bagian "parenting/bayi" bukunya Pak Wied ini buanyak buanget, mulai dari makanan bayi, makanan balita, makanan bekal pre-school, DIY bento, DIY cake, makanan sehat nusantara (saya jadi lieur dan ngileur). Setelah liat2 saya pilih dulu satu buku yang paling saya butuhkan saat ini.
Sampe rumah langsung saya buka, penjelasannya pun sangat detil. Do's and Dont's dalam memberi makan bayi usia 0 - 12 bulan. Di buku yang saya beli ini juga tersedia berbagai macam resep serta sampel jadwal menu. Enlightening buat ibu2 yang gak kreatif dan jarang masuk dapur macem saya ini, hohoho,,

3. Seri AyahBunda : Puree
Buku ini saya beli jauuuuuhhhh hari sebelum my baby lahir. Jadi ceritanya waktu saya lagi asik2nya mengandung my baby, saya suka banget melahap buku seri AyahBunda (karena menurut saya isinya komplit dan informatif sekali). Hehe,, saya sampe inget temen saya yang ngomong,, "mayanghwa,, udah lu mikirin ngeluarin tu baby aja dulu, kalo mikirin dia mau dikasih makan apa mah masih lama". Habis gimana dong,, saya gak sabar banget pengen ngajarin my baby pegang sendok, hohoho,,
Oke, sesuai dengan judulnya buku ini berisikan variasi makanan bayi dalam bentuk pure, bubur lembut, ataupun nasi tim (jadi agak gak cocok untuk penganut BLW ya, karena gak ada resep finger food). Buku ini juga menjelaskan dengan detil bagaimana menyimpan bahan2 makanan tersebut. Mana yang boleh dibekukan mana yang tidak boleh. Tidak boleh di sini bukan berarti makanan basi, tetapi lebih karena merubah tekstur atau penampakan makanan, jadi memang sebaiknya disajikan fresh.
Buku ini cocok banget buat working mom (yang harus nyetok makanan di freezer) dan ibu2 yang *sekali lagi* gak kreatif dan jarang masuk dapur, karena juga tersedia sampel jadwal menu untuk si dede bayi. Buku ini combine dengan bukunya Pak Wied, saya jamin langsung bisa memberikan makanan yang variatif buat si dede nanti.

4. 500 Baby & Toddler Foods
Buku ini juga saya beli jauuuuhhh hari sebelum my baby lahir. Pertama kali liat buku ini di Gunung Agung, udah mau beli, tapi akhirnya di taruh lagi mengingat kayanya masih lama buat masak2 bikin makanan bayi. Tapi apa daya, bukunya terbayang-bayang sampai rumah, akhirnya begitu mampir lagi ke mall disempetin lah ke Kinokuniya.
Isinya? Jangan tanya, variatif sekali banyak resep untuk finger food jadi sangat cocok untuk emak2 yang penganut Baby Led Weaning. Selain itu juga banyak resep kebule-bulean macemnya goulash, pie, baked fruits, omelette, pasta, risotto dan lain lain. Pokoknya kalau bosan dengan cita rasa nusantara bisa beralih ke buku ini untuk cari inspirasi. Oiya resep yang disediakan di sini sangat family friendly, jadi gak khusus untuk anak, hanya memodifikasi sedikit bisa langsung disantap oleh orang dewasa.

nih,, menunya internasional banget kannn,
Masih 4 bulan lagi menuju hari H. Sudah siap tempur? Saya rasa belum, masih separuh jalan. But I'm learning more and more each day. Kalau begitu untuk menyemangati diri sendiri, saya ucapkan Selamat Persiapan MP-ASU! Hosh!

June 12, 2013

Latest DIY : Digital Scrapbooking

0 Comments
Waktu lagi ngubek-ngubek internet cari inspirasi-inspirasi untuk project scrapbooking berikutnya tiba-tiba saya kecantol di website Urban Mama bagian DIY. Eh,, ternyata scrapbooking ada versi digitalnya. Saya pun ngiler liat sampel-sampel digital scrapbook di artikel tersebut. Full colour dan scrapbook banget gitu,, Akhirnya *seperti biasa* saya jalan2 ke mbah Google cari "Free Digital Scrapbooking Template". Alhamdulillah ketemu page2 berikut :

Freedigitalscrapbooking.com
Shabbyprincess.com
designsbymeganturnidge.com

Dibagikan secara gratis semua kebutuhan untuk digital scrapbooking, mulai dari Paper, Alpha, dan elemen2 lainnya. Namanya juga gratis beberapa item memang limited, semacam add on dari thematic template yang berbayar. Tapi so far memenuhi kebutuhan untuk mix dan match. Bonusnya lagi,, saya dipandu untuk ke link berikut :

www.kevinandamanda.com

yang membagikan berbagai macam font. Gratis! Di blog ini pun si empunya punya project Font For Peas yang bertujuan mengubah tulisan tangan pembacanya menjadi digital font yang bisa di download. Yang perlu dilakukan hanya mensubmit tulisan tangan kita *sesuai persyaratan yang telah dijabarkan oleh empunya blog*, kemudian tunggu balasannya. Jika tulisan tangan kita cukup menarik, maka dia akan menambahkannya ke koleksi Font For Peas.

Lanjut lagi,, kalau mau lebih advance cari gratisan atau cari inspirasi bisa mampir ke:

gottapixel.net

Di lapak ini berkumpul desainer2 digital scrapbook dari berbagai macam negara. Ada online store yang menyediakan designer kit baik gratis maupun tidak. Kalau gak mau susah payah, ya mending beli aja designer kit nya dengan harga variatif mulai dari 1$ hingga 3$. Kalau mau susah payah, store ini membagikan kit gratis setiap bulannya.Tapi,, untuk mendapat satu set komplit kita harus bolak balik ke page tersebut tiap hari untuk daily download. (emang sih,, no free lunch). Selain itu juga ada forum tempat berbagi bersama fellow scrapbook-er *coba2 join,, siapa tau ada yang mau bagi2 freebies,, hehehe*


Nyombong2 dikit niy,, hehehe,,
Berikut adalah salah satu hasil karya mix n match saya untuk digital scrapbooking.
Oiya satu lagi,, untuk membuat ini, gak perlu program khusus hanya cukup punya keahlian Adobe (elements boleh,, photoshop boleh,, image ready boleh,,). Selamat mencoba!


p.s. yok,, dikomen-dikomen,, hasilnya kurang garem apa kurang gula? 

June 04, 2013

Bahaya Laten : Emak2 Stay at Home

0 Comments
Disclaimer : Posting ini tidak bermaksud untuk men-stereotype-kan, mengelompok-ngelompokkan apalagi mendiskreditkan profesi stay at home mom. Tulisan ini hanyalah curahan hati penulis belaka, yang tiba2 jadi stay at home mom dan sungguh sangat menikmatinya *at least for now*.

Wah,, gak kerasa, udah dua bulan lebih jadi -part time- stay at home mom (baca: working mom yang lagi cuti panjang karena maternity). Dan ternyata menjadi -part time- stay at home mom itu banyak bahaya latennya. Kenapa? Well mostly karena kita sudah terbiasa jadi emak2 yang pergi sebelum matahari terbit pulang setelah matahari terbenam. Kemudian tiba2, jadi emak2 yang 24 jam terkurung di dalam rumah, hanya ditemani laptop, layar TV, sofa empuk, dan my baby yang adorable but very2 demanding.

Kadang2 kalau my baby sudah mimik, sudah mandi, sudah tenang dan tidur lelap,, jadi bingung mau ngapain. Nonton TV, rasanya kok acaranya itu lagi itu lagi ya. Browsing internet di laptop,, keliatannya saya sudah menjelajah dunia maya dari ujung ke ujung. Kalo tidur di sofa empuk, lama2 pegel juga punggung dan mata. Hahaha,, Sampai akhirnya timbullah bahaya2 laten tersebut.

Bahaya 1. Unleashing Hidden Talent
Kita mulai dari yang paling tidak berbahaya dulu ya, yaitu tiba2 memiliki bakat terpendam the artsy craftsy type. Berhubung my baby punya Mbah yang tinggalnya jauh sekali, sampe2 baru ketemu sekali dari lahir sampe umur 2 bulan, akhirnya saya berniat membuat satu bundel album untuk si Mbah nya itu. Eits,, gak seru kalau album aja, tinggal print foto terus selip2in,, akhirnya dibuatlah semi scrap book. Kenapa semi? karena masih amatir, dan pakai album foto biasa pula, hanya ditambah sedikit hiasan di sana dan di sini. Pokoknya belum secanggih scrapbook yang diliat di toko2 lah,, :D
Selain bakat terpendam untuk buat2 scrapbook, ada lagi bakat lain yang terasah, yaitu bakat fotografi. Hahahaha,, Objek fotonya? Apalagi kalau bukan my baby yang lagi lucu2nya itu. Rasanya seisi rumah ini jadi studio foto amatir. Bukan cuma my baby yang jadi objek, sampe2 my baby's apparel juga ikut2an eksis. Habis saya suka gak tahan, kalau dapet hadiah dari orang2 kok kayanya imut2 banget. Ternyata yang imut2 itu bukan cuma bayi ya,, sepatu bayi, baju bayi, pita bayi, kaus kaki bayi, sarung tangan bayi,, semua ikutan imut2.

*mau lihat hasil jepretan my baby saya? bisa mampir ke sini, turut mem-feature karya2 saya lainnya (tsahh)*

Bahaya 2. Ketagihan main game & puzzle
Hobi lama yang tiba2 muncul kembali selama masa cuti. Saking crispy nya di rumah, akhirnya one fine day menyempatkan diri lah mampir ke plaza terdekat. Dengan se-carik kertas berisi list belanjaan titipan ortu, sempet2in pula mampir ke toko jualan games PC. Niatnya cari Nancy Drew edisi terbaru (untuk nostalgia), tapi malah ketemu game detektip2 lainnya, dan malah beli The Sims (sungguh tidak fokus). Saking ngeborongnya pas mau bayar mbaknya ngomong "buat anaknya ya tante?". Saya pun terpana anak saya kan baru lahir, masa udah maen beginian, "gak buat saya" saya jawab. Dia pun nyambung "Emang kalo dari muda udah biasa main game, tuanya pasti main game juga ya tante, kaya sodara saya juga begitu". 
Hiks, saya pun menangis dalam hati,, aduh emang muka saya udah gak layak buat main PC games ya? 

Bahaya 3. Shop till you Drop
Siapa bilang shopping itu harus keluar rumah, mampir mall mewah. Shopping yang paling berbahaya justru adalah Online Shopping. Semenjak jaman eBay dan Amazon.com berbelanja pun mengalami revolusi. Walaupun mungkin pada awalnya orang ragu untuk melakukan online shopping *takut ditipu, takut kecuri data credit card nya, dan keraguan-keraguan lainnya* tapi lambat laun keraguan itu hilang seiring dengan good experience yang dialami customer plus peningkatan keamanan dari host online shopping nya. Bisnis online pun makin menggiurkan, banyak lapak online yang makin berkibar mulai dari kaskus, multiply, tokobagus.com, blibli.com. Sampe2 sekarang MLM juga ikut2an menjaring jejaring lewat jaringan dunia maya (waspadalah! :D)
Eh,, ini kayanya udah ngelantur pembahasan, mari kita kembali ke jalan yang benar. 
Jadi intinya adalah online shopping itu sungguh berbahaya, apalagi buat saya. Aliran kas masuk yang tidak pernah telat (baca: gaji) selama cuti hamil, yang mengendap di tabungan karena otomatis tidak ada pengeluaran digabungkan dengan keluangan waktu menghasilkan online shopping till you drop. Apalagi di fesbuk sering berseliweran suggest page, yang isinya group lapak online. Yang sering muncul di feed saya adalah lapak pernak pernik bayi, tergiur untuk buka dong, dan 80%nya selalu berakhir dengan saya ngeborong di lapak tersebut *ya ampunnn,, eling may,, eling,,*. Mulai dari bento tools sampe buku2 bayi dan mainan bayi. (kapan2 saya review ya, hasil praktek bento tools serta pamer buku2 dan mainan bayi nya,, hehehe,,)
Sekali lagi saya tekankan OL shopping itu sungguh berbahaya karenaaa,,
pertama. transaksi yang terjadi secara online. setelah order kita tinggal transfer atau masukkin data credit card. Tidak ada lembaran uang fisik yang harus keluar dari dompet. Nah, ini bahayanya, karena semua transaksi terjadi lewat sistem kita pun makin gampang ngeluarin duit. Karena gak berasa belanja banyak. Lain halnya kalau kita belanja ke mall dan harus ngeluarin duit dari dompet. Masuk mall dompet tebel, keluar mall dompet masih tebel sih,, tebel sama bonbelanja dan uang receh kembalian!
kedua. OL shopping menawarkan 1001 kemudahan. Gak perlu keluar rumah, tinggal google2, klak klik klak klik,, transaksi selesai tunggu beberapa hari kemudian barang diterima. Bayangkan *lagi* kalau kita ke mall,, cari buku di toko buku di lantai 2 mall, yang satu lantai dengan toko buku tersebut adalah toko mainan, toko musik, dan toko gadget. Kemudian toko khusus sepatu ada di lantai 3, kalau lagi belanja laper harus mampir food court atau restaurant row dulu. Kebayang kan waktu dan tenaga yang harus dikeluarkan? Belum kalau udah ngubek2 satu mall barangnya gak ketemu, terpaksa pindah mall atau toko lain.


Epilogue : Aihh,, sudah lama sekali saya gak bikin posting-an sepanjang ini. Well this shows how much free time I have on hand. If anything good comes out of this maternity leave is *besides the fact that I can take care of my baby* that I found my way back to writing. Sudah lama sekali rasanya saya meninggalkan dunia tulis menulis,, jangankan menulis online, menulis offline saja sudah jarang. Jurnal saya jadi berdebu di sana sini. Tidak ada waktu, kalaupun ada rasanya lebih baik melakukan hal lain daripada menulis. Dan sekarang,, yee haw I get to write whenever I like and took picture whenever I feel like I want to. Selamat mengisi masa cuti yang semakin tipis ini dengan kegiatan yang lebih berguna! *cheers*
 

Fioritura Fiori Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template